Potensi Pengurangan Pasokan Bijih Nikel Indonesia
Indonesia sedang mempertimbangkan potensi pengurangan pasokan bijih nikel untuk membantu meningkatkan harga di tengah kelimpahan global, dalam langkah yang bisa memperlambat pertumbuhan produksi yang cepat di produsen terbesar dunia dari logam yang sangat penting untuk pembuatan baja dan baterai kendaraan listrik.
Harga Nikel
Harga nikel telah turun sekitar 40 persen dalam dua tahun terakhir menjadi sekitar $16.000 per ton karena pasokan melimpah dari Indonesia sementara pertumbuhan permintaan melambat untuk kendaraan listrik secara global. Penurunan harga ini telah memicu penutupan besar-besaran tambang nikel di luar negeri, dan juga memeras margin produsen dalam negeri.
Pengurangan Pasokan
Indonesia, yang mengendalikan lebih dari setengah produksi nikel murni global, kini sedang mempelajari penyesuaian kuota pertambangan yang dapat meningkatkan harga, kata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kepada Financial Times.
“Produksi nikel harus sesuai dengan kebutuhan industri dalam negeri dan pasar ekspor, memastikan volume yang diproduksi tidak menyebabkan penurunan terus-menerus dalam harga komoditas dan harga komoditas lebih stabil di pasar global,” kata Tri Winarno, direktur jenderal mineral dan batubara di kementerian tersebut.
Prospek Pasar
“Jika kuota bijih turun maka kita kemungkinan akan melihat perlambatan pertumbuhan produksi nikel murni dan oleh karena itu potensi pengurangan surplus pasar global,” kata Harry Fisher, direktur produk kobalt dan nikel di Benchmark Mineral Intelligence.
Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020 untuk memaksa perusahaan asing mendirikan pabrik pemurnian dan manufaktur baterai di negara tersebut, dan untuk mendapatkan lebih banyak dari ekspor bernilai lebih tinggi. Hal ini mendorong miliaran dolar investasi asing — terutama dari perusahaan Tiongkok — untuk mendirikan operasi.
Analisis Pasar
Analisis mengatakan bahwa pemerintah Indonesia akan berusaha menemukan keseimbangan yang tepat dalam tindakan untuk menaikkan harga dan menjaga produsen dalam negeri senang, tanpa mendorong harga naik begitu tinggi sehingga membuat ekonomi logis bagi tambang nikel baru untuk dibuka di tempat lain di dunia.
Macquarie memperkirakan pasar nikel global berlebihan pasokan sebesar 200.000 ton tahun lalu. Mereka mengharapkan surplus yang lebih kecil sebesar 60.000 ton tahun ini, karena potensi pengurangan di Indonesia dan pemulihan permintaan baterai kendaraan listrik.
Kesimpulan
Indonesia akan menjadi variabel penting dalam menentukan keseimbangan pasar global pada tahun 2025 dan seterusnya. Pengurangan kuota yang tajam “sangat tidak mungkin,” katanya, menambahkan: “Tidak cukup kapasitas di tempat lain di dunia untuk tiba-tiba dihidupkan kembali untuk menggantikannya.” Mengurangi kuota menjadi 150 juta ton akan menghilangkan 35 persen dari pasokan nikel global, katanya.