Kegagalan Mimpi Besar Revolusi AI: Penyebabnya Terungkap!

Demam Kecerdasan Buatan: Harapan dan Realitas

Jakarta, CNBC Indonesia – Demam kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang mulai merebak dua tahun lalu, nampaknya tidak sesuai ekspektasi. Padahal, banyak yang meramalkan bahwa kecerdasan buatan (AI) generatif akan dengan cepat mengubah perekonomian di seluruh dunia, yang menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Terlepas dari kehebohan dan kekhawatiran tersebut, dampak AI sejauh ini masih belum terlihat. Mengutip The Economist, Biro Sensus Amerika menunjukkan hanya 6% bisnis yang menggunakan AI untuk memproduksi barang dan jasa. Sementara itu, pertumbuhan output dan produktivitas tenaga kerja masih jauh di bawah puncak kejayaan era komputer pada tahun 1990-an.

Mengapa AI Gagal Memenuhi Janjinya?

Mengapa AI sejauh ini gagal memenuhi janjinya? Pelajaran dari era komputer dapat menjelaskan pertanyaan tersebut.

Seperti halnya AI saat ini, tahun-tahun awal era komputer ditandai dengan prediksi transformasi ekonomi.

Pada tahun 1965, Herbert Simon, seorang pakar ilmu komputer, menyatakan bahwa “komputer akan mampu melakukan pekerjaan apa pun yang dapat dilakukan manusia dalam waktu 20 tahun.” Dua dekade setelah prediksi Simon, revolusi produktivitas yang dijanjikan masih sulit dipahami.

Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan AI

Apakah faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan AI saat ini sama dengan era komputer?

Perusahaan meningkatkan investasi dalam teknologi informasi pada tahun 1995, namun belanja modal baru-baru ini kurang menggembirakan. Investasi AI mungkin lebih terfokus pada aset tidak berwujud, seperti algoritma dan data, yang sulit diukur.

Penurunan harga perangkat keras dan perangkat lunak komputer pada paruh kedua dekade 1990-an tidak terjadi pada AI. Harga perangkat lunak AI masih tinggi, menyulitkan adopsi teknologi ini secara luas.

Potensi AI di Masa Depan

Revolusi ekonomi tahun 1990-an berhasil membuat teknologi memberikan keuntungan produktivitas. Untuk membuka potensi AI sepenuhnya, diperlukan perubahan yang lebih mendasar.

Saat ini, penerapan AI masih terbatas, namun dengan infrastruktur data yang memadai, AI memiliki potensi untuk menghasilkan pertumbuhan produktivitas yang luar biasa.

Melihat keadaan AI saat ini, kata-kata seorang ekonom Rudi Dornbusch menjadi tepat untuk direnungkan. Menurutnya, dalam ekonomi, segala sesuatu terjadi lebih lambat dari yang Anda kira, lalu lebih cepat dari yang Anda kira.

“AI mungkin pada akhirnya menghasilkan pertumbuhan produktivitas yang luar biasa, tetapi saat ini tampaknya masih jauh dari lepas landas yang dialami pada tahun 1990-an,” tulis The Economist, dikutip Senin (2/12/2024).

(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rilis 3 Platform AI, Indosat Fokus Jadi Perusahaan AI TechCo




Next Article



Bukti Terbaru Manusia Mudah Diganti Robot, Makin Mirip Aslinya




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *