Keluhan Petambak Garam Terhadap Harga dan Irigasi Air

Garam merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia, terutama bagi para petani garam di Indramayu. Namun, harga jual garam petani yang tergolong rendah telah menjadi permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi Garam Inti Rakyat asal Indramayu. Dalam sebuah kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, ke Gudang Garam Nasional (GGN) Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat, Amin Muhaemin, menyampaikan keluhannya terkait harga garam saat ini.

Harga garam yang berada di kisaran Rp975 per kg (K1), Rp850 per kg (K2), dan Rp750 per kg (K3) telah membuat petani garam merasa terbebani. Amin Muhaemin menekankan bahwa salah satu keluhan utama dari petani garam adalah harga yang rendah, yang membuat mereka lebih memilih untuk memproduksi garam konsumsi daripada garam industri. Hal ini disebabkan oleh jangka waktu pemanenan garam industri yang terlalu lama, sehingga tidak memenuhi kebutuhan segera rumah tangga petani.

Petani garam membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk memproduksi garam konsumsi, hanya 5 hingga 7 hari, dibandingkan dengan garam industri yang memerlukan waktu hingga 15-20 hari. Kondisi ini juga berdampak pada produksi garam industri yang terlampau kecil, sehingga pemerintah terpaksa melakukan impor garam industri. Amin Muhaemin berharap agar petani garam dapat meningkatkan kualitas produksi dan mengikuti perkembangan zaman.

Selain masalah harga dan produksi, petani garam di Indramayu juga menghadapi kendala dalam hal irigasi air. Pada musim kemarau, banyak muara yang tersumbat sehingga mengakibatkan gagal panen. Amin Muhaemin berharap pemerintah dapat segera melakukan normalisasi irigasi air di sekitar tambak untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Lebih lanjut, Amin juga meminta pemerintah untuk memberikan bantuan alat pomerasi dan geomembran kepada para petani garam. Penggunaan geomembran dengan ketebalan 50 mikron saat ini telah menyebabkan kebocoran dan menurunkan kualitas garam. Amin menyarankan penggunaan geomembran dengan ketebalan 250-300 mikron untuk memastikan kekuatan dan kualitas garam yang stabil.

Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani garam di Indramayu, peran pemerintah sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Dukungan dalam hal harga, produksi, irigasi air, dan bantuan alat pomerasi serta geomembran akan membantu petani garam meningkatkan kesejahteraan mereka. Semoga langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dapat memberikan solusi yang tepat dan membawa perubahan positif bagi para petani garam di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *