Hyundai dan LG Energy Solution telah membuka pabrik sel baterai senilai $1.1 miliar di Indonesia saat negara di Asia Tenggara tersebut bekerja untuk membangun ekosistem kendaraan listrik.
Pusat Pasokan Global EV
Pembukaan pabrik baterai pertama negara ini pada hari Rabu adalah bagian dari dorongan Indonesia untuk naik dalam rantai pasok global EV. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, komponen penting dalam baterai EV dan pembuatan baja.
Investasi dan Kerjasama
Jakarta telah meningkatkan upaya dalam beberapa tahun terakhir untuk menarik investasi untuk pemrosesan nikel, serta pembuatan baterai dan mobil. Produsen otomotif China BYD dan VinFast dari Vietnam mengatakan tahun ini bahwa mereka akan mulai membuat EV di Indonesia.
Hyundai dan LG meluncurkan pabrik di Karawang, sebuah kota di timur ibu kota Jakarta. Ini adalah pabrik pertama di Indonesia dan akan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 10 gigawatt hours.
Peran Indonesia dalam Rantai Pasok Global EV
“Kita memiliki sumber daya alam yang melimpah namun selama puluhan tahun hanya diekspor sebagai bahan baku tanpa nilai tambah,” kata Presiden Indonesia Joko Widodo dalam peluncuran tersebut. “Sekarang dengan pembangunan pabrik pemurnian dan sel baterai EV, kita akan menjadi pemain global penting dalam rantai pasok global EV.”
Hyundai dan LG akan berinvestasi total Rp160 triliun ($9.8 miliar) dalam ekosistem EV Indonesia secara bertahap, tambahnya.
Pembangunan Berkelanjutan
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan perusahaan-perusahaan Korea Selatan akan mulai membangun tahap kedua pabrik sel baterai, yang akan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 20 gigawatt hours, dengan investasi sebesar $2 miliar.
Sel baterai dari pabrik Indonesia akan digunakan dalam model EV Hyundai dan Kia. Pejabat Indonesia juga mengatakan sekitar 90 persen produk pabrik akan diekspor ke Korea Selatan dan India.
Kemitraan dan Dukungan Pemerintah
Kedua perusahaan memiliki saham 50-50 dalam proyek ini, yang pertama kali diumumkan pada tahun 2021. Hyundai juga memiliki pabrik pembuatan mobil di Indonesia, dengan kapasitas produksi 250.000 unit per tahun.
“Sumber daya mineral di negara ini, seperti besi dan nikel, adalah komponen kunci untuk baterai yang akan menggerakkan jutaan EV di seluruh dunia,” kata Chung Eui-sun, ketua eksekutif Hyundai.
Langkah Indonesia untuk melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020 memaksa perusahaan asing untuk berinvestasi di darat. Sebagian besar investasi tersebut berasal dari perusahaan China ke sektor pemrosesan nikel.
Namun Indonesia telah menawarkan insentif seperti pembebasan pajak untuk menarik investasi nikel dan EV dari seluruh dunia. Hyundai mengatakan pada tahun 2021 bahwa pemerintah Indonesia telah setuju “untuk menawarkan berbagai insentif dan penghargaan untuk mendukung operasi stabil” pabrik sel baterainya.
Manfaat dan Dampak Global
Sejak Hyundai dan LG Energy pertama kali mengumumkan mereka akan membuka pabrik sel baterai di Indonesia, permintaan untuk EV telah melambat. Namun, para analis mengatakan negara ini akan mendapat manfaat dari transisi global ke transportasi yang lebih bersih.
CATL China, produsen baterai EV terbesar di dunia, juga telah memulai pembangunan pabrik baterai di negara ini, kata pejabat Indonesia.
“Indonesia berada dalam tahap awal manufaktur EV dan berpotensi mendapatkan keuntungan bertahap dalam jangka panjang, terlepas dari apakah EV bergerak cepat atau lambat,” kata Kai Wei Ang, ekonom Asean di BofA Securities.