Indonesia Bergabung dengan BRICS: Dedolarisasi dan Dampaknya bagi Ekonomi
Intro
Indonesia baru-baru ini resmi menjadi anggota BRICS, sebuah langkah penting dalam upaya dedolarisasi yang menjadi sorotan dunia. Bagaimana hal ini mempengaruhi ekonomi Indonesia dan apa saja pro kontra terkait kebijakan dedolarisasi ini? Mari kita simak lebih lanjut.
Upaya Dedolarisasi Indonesia
Sebelum bergabung dengan BRICS, Indonesia telah melakukan upaya dedolarisasi dengan kebijakan Local Currency Settlement (LCS) bersama beberapa negara, termasuk China. Hal ini memungkinkan transaksi dilakukan langsung dari rupiah ke mata uang negara mitra tanpa perlu melalui Dolar AS. Menurut Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu, langkah ini merupakan inisiatif yang telah dilakukan sejak lama sebelum Indonesia resmi menjadi anggota BRICS.
Manfaat Dedolarisasi
Menurut Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet, dedolarisasi memiliki empat manfaat bagi Indonesia. Pertama, mengurangi kerentanan ekonomi terhadap nilai Dolar AS dan kebijakan moneter Amerika Serikat. Kedua, menekan biaya transaksi perdagangan internasional karena tidak perlu lagi konversi mata uang ganda. Ketiga, membuka jalan bagi penguatan rupiah sebagai mata uang regional dalam perdagangan dengan negara-negara BRICS lainnya. Keempat, meningkatkan kedaulatan ekonomi Indonesia dengan mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan yang didominasi oleh AS.
Risiko Dedolarisasi
Namun, dedolarisasi juga memiliki risiko. Bhima Yudhistira dari Center of Economics and Law Studies (Celios) mengingatkan bahwa Indonesia bisa menghadapi tekanan politik dan ekonomi dari negara barat karena mengurangi penggunaan Dolar. Ancaman sanksi politik dan ekonomi, seperti pengurangan bantuan atau pinjaman, bisa menjadi hambatan bagi Indonesia. Selain itu, Amerika Serikat sendiri juga bisa memberikan sanksi langsung, seperti mencabut fasilitas perdagangan yang dapat merugikan ekspor Indonesia.
Ancaman dari AS dan Presiden Terpilih
Direktur China-Indonesia Desk CELIOS Muhammad Zulfikar Rakhmat menambahkan bahwa Presiden Terpilih AS Donald Trump telah memberikan ancaman terhadap negara-negara BRICS terkait dedolarisasi. Ancaman ini perlu diwaspadai sebagai risiko yang signifikan bagi ekonomi Indonesia. Reaksi Trump bisa mengakibatkan penurunan tajam pada volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS.
Kesimpulan
Dedolarisasi merupakan langkah penting bagi Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dan meningkatkan kedaulatan ekonomi. Namun, langkah ini juga tidak terlepas dari risiko politik dan ekonomi yang perlu dihadapi. Dengan memperhitungkan manfaat dan risiko secara matang, Indonesia dapat mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi era tatanan dunia baru.
(kil/kil)